Aku mendengar nafasmu yang mulai tersengal. Degup jantungmu yang berderap seperti hentakan kuda-kuda perang.
Sementara aku masih terbujur kaku di bawah lumpur hitam yang mulai
mengering. Mengerang tanpa suara. Mengernyit ketakutan, bersembunyi dari
hantu-hantu yang berjaga di pintu gerbang. Perlahan kutandaskan pula
niatku untuk hidup kembali. Keluh-kesah para cacing-cacing busuk ini
lebih menarik perhatianku.
Tubuhmu kini mengejang. Terseok, terperosok ke jurang kelam yang
dasarnya tak pernah terjamah oleh cahaya. Namun matamu nyalang menantang
kematian yang menggantung di ujung hidungmu.
Awan kelabu bergulung. Menggagahi angkasa yang pongah. Desah hujan pun
perlahan terdengar menciumi bumi. Sementara kau kian terengah dan
semakin lemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar