Entah sudah berapa malam aku merindukan rumah. Merindukan hangatnya tempatku dibesarkan. Terakhir aku pulang tepat satu bulan yang lalu, itupun hanya untuk satu malam. Dan sekarang ini aku terdampar di Kota Yogyakarta, jauh dari kota kecil yang sudah menjadi kampung halaman bagiku.
Aku rindu masakan ibu, rindu melahap habis semua sajian yang
beliau sediakan. Rindu pada dingin yang kerap menyapa dari malam hingga pagi
merekah. Rindu pada selimut tebal yang setia menemani malam-malamku meringkuk
nyaman di tempat tidur. Rindu menonton kartun-kartun pagi bersama adik lelakiku,
bersantai sembari menikmati pisang goreng buatan ibu dengan kopi hitam pekat cap
Aroma.
Aku rindu berlari hingga ke batas kota, memandangi kota kecilku
yang berbalut kabut di ketinggian. Rindu menyambangi kios buku untuk sekadar
membeli koran atau pun majalah. Rindu pada Tukang Bubur yang setiap pagi rutin
melewati gang di depan rumah.
Aku rindu bermalas-malasan, membaca buku sembari tiduran di
kursi. Rindu mengantarkan ibu ke pasar. Rindu menunggui adikku yang gemar
bermain sepak bola di lapangan sepulang sekolah. Rindu pada kabut yang
kerap turun di musim hujan seperti ini. Rindu menggoda dan mengusili adikku. Rindu pada semua hal tentang rumah.
Aku mulai kembali merasa jenuh dengan pekerjaanku, padahal
jauh dari kata sibuk. Kurasa aku harus segera pulang.
Everyday there’s a boy
in the mirror, asking me
What are you doing here?
Finding all my previous motives
growing increasingly unclear
Home sick
Because I no longer know where home is
Because I no longer know where home is
Queens of Convenience - Homesick
Tidak ada komentar:
Posting Komentar