Translate

Senin, 20 April 2015

Mau Menikah? Yuk Atur Dulu Keuangannya



Bagi si lajang yang sedang menanti hari pernikahannya, ada satu PR yang dikerjakan sebelum Anda berjalan di atas pelaminan. Apa itu? Jawabannya adalah mengatur keuangan pribadinya sebelum nantinya menjadi keuangan keluarga. Alasannya adalah kebiasaan mengelola keuangan yang baik akan menjadi kebiasaan yang baik ketika nanti si lajang ini sudah berumah tangga.
Mengatur keuangan tidak bisa disangkal merupakan satu kemampuan penting dalam berumah tangga. Tidak jarang sebuah rumah tangga kandas karena si ibu rumah tangga atau malah kepala keluarganya gagal atau salah mengatur keuangannya. Atau karena minimnya pengetahuan tentang perencanaan keuangan ini, sepasang suami istri bertengkar hebat karena tidak adanya kesamaan pendapat tentang pengeluaran atau pembiayaan. Sebelum mimpi buruk ini menjadi kenyataan, masing-masing pribadi, baik itu pria maupun wanita, harus tahu cara mengelola keuangan.
Pengaturan Kas Bulanan Untuk Si Lajang
Pengaturan keuangan beranjak dari pengaturan kas bulanan yang sehat. Berikut adalah hal-hal penting yang harus diperhatikan si lajang dalam mengatur kas bulanannya.
1. Menyisihkan Untuk Derma
Apapun agama atau kepercayaannya, seiap individu diwajibkan untuk berderma. Derma ini bentuknya bisa zakat, sedekah atau persembahan. Besarnya bisa mulai dari 2,5% sampai dengan 10% atau lebih dari penghasilan kotor perbulan. Dalam simulasi permainan #CashFlowGame101 yang biasa saya gunakan untuk mengajarkan perencanaan keuangan dan dunia nyata banyak yang membuktikan bahwa derma dapat menjadi pengungkit (leverage) atas rejeki yang Anda terima. Rejeki ini bisa berupa kesehatan, keselamatan, Kesempatan (oportunity) ataupun materi.
2. Menyisihkan Untuk Tabungan atau Investasi
Kalau sejak lajang, kita tidak bisa menyisihkan uang untuk menabung atau investasi, lantas bagaimana nanti kalau sudah menikah? Kebiasaan mengatur keuangan dengan baik harus dilatih selagi muda. Sisihkan dana untuk ditabungkan atau diinvestasikan di awal pada saat Anda menerima gaji atau penghasilan. Jangan menabung atau investasi dari sisa penghasilan Anda.
Menyisihkan dana di awal Anda gajian atau menerima penghasilan dibandingkan dengan menabungkan dana yang tersisa dari gaji atau penghasilan Anda memiliki dampak yang besar dan sangat jauh berbeda.  Bila Anda menyisihkan dari awal, maka Anda membiasakan diri untuk disiplin dan besarnya uang yang harus ditabung masih dapat Anda tentukan sendiri. Idealnya, untuk si lajang minimal menyisihkan 20% sampai dengan 40% dari penghasilan kotornya. Jika Anda belum bisa menyisihkan 20%, Anda bisa melatihnya dari 5%, bulan berikutnya bisa naik jadi 10% dan begitu seterusnya. Tapi bila disisihkan dari sisa gaji, iya kalau gaji Anda masih ada sisa, kalau tidak ada, Anda tidak akan pernah memiliki tabungan atau tidak dapat berinvestasi dari uang gaji Anda.
3. Persiapkan Dana Darurat
Dana darurat sangat penting bagi si lajang karena biasanya si lajang masih dalam proses pencarian jati diri dengan berganti-ganti pekerjaan, meskipun ada juga si lajang yang sudah mapan dengan pekerjaannya.
Nah, dana darurat ini biasanya dipakai untuk yang sifatnya darurat seperti :
-    ketika terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) maka dana darurat bisa dipakai untuk membiayai pengeluaran per bulan sampai Anda mendapatkan pekerjaan kembali
-    ketika Anda ataupun orang tua Anda sakit dan butuh biaya mendadak dalam jumlah besar
-    segala kebutuhan yang sifatnya darurat
Untuk si lajang dana darurat yang dibutuhkan bisa sejumlah tiga sampai 6 kali pengeluaran bulanan, disimpan dalam bentuk yang mudah dicairkan seperti tabungan dan logam mulia.
4. Cicilan Hutang tidak lebih dari 30%
Saatnya kita untuk bersenang-senang. Tidak ada yang salah dengan sikap itu, namun jangan karena ingin terus-terusan senang-senang, lalu berbelanja kebutuhan yang sifatnya konsumtif terlalu berlebihan dan akhirnya berhutang. Hutang sebenarnya diperbolehkan, dengan catatan memang dibutuhkan. Hutang konsumtif sebetulnya sah-sah saja, namun besarnya jangan sampai lebih dari 15% penghasilan bulanan, dan total seluruh cicilan hutang jangan lebih dari 30% penghasilan bulanan.
5. Memiliki Asuransi
Mana yang lebih penting buat si single, asuransi jiwa atau asuransi kesehatan? Sebenarnya yang lebih penting untuk dipenuhi adalah asuransi kesehatan terlebih dahulu. Perlindungan kesehatan ini bisa diperoleh dari pemberi kerja (bagi karyawan), namun apabila dari pemberi kerja tidak memberikan perlindungan kesehatan, maka anda wajib membelinya sendiri.
Tentu Anda tidak mau bila tiba-tiba uang hasil kerja keras Anda yang telah ditabung sekian lama, tiba-tiba harus diambil karena untuk membiayai biaya rumah sakit. Asuransi kesehatan ini sebenarnya tidak mahal biayanya, untuk kamar yang Rp. 500.000/ hari  preminya kurang dari Rp. 7.000 rupiah perhari-nya. Nah kalo asuransi jiwa baru wajib buat mereka yang punya tanggungan (risiko finansial) seperti mempunyai anak ataupun orangtua yang sudah tidak bekerja lagi.
6. Siapkan Dana Pensiun Sedari Muda
Lebih dari 80% penduduk indonesia tidak bisa pensiun dengan nyaman. Banyak kaum muda yang berpikiran “Buat apa mikirin pensiun toh masih lama..!!” atau “waktu muda adalah waktunya bersenang-senang”. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pemikiran seperti itu, namun justru mumpung Anda masih muda dan jangka waktunya masih lama, maka dana yang disisihkan untuk dana pensiun masih belum terlalu besar. Menurut pengalaman saya kisarannya masih dibawah 7% dari penghasilan bulanan. Dana ini masih bisa simpan dalam bentuk investasi reksadana contohnya.
Bayangkan jika Anda pensiun di usia 55 dan usia harapan hidup Anda sampai usia 80 tahun. Jika saat ini usia Anda 25 tahun, maka masa produktif Anda 30 tahun (usia 55-25) lebih besar dari waktu untuk menghabiskan-nya 25 Tahun (usia 55-80). Namun jika Anda baru merencanakan pensiun usia 40 tahun, Maka masa produktif Anda  15 Tahun, kurang dari masa untuk menghabiskannya 25 tahun.  Sejumlah dana yang harus dipersiapkan selama 30 tahun tentunya akan lebih ringan dibandingkan hanya dipersiapkan dalam 15 tahun.
7. Hitung Standar Kekayaan Pribadi
Bagi sebagian orang, istilah ‘Standar Kekayaan Pribadi’ itu masih terdengar asing. Bukannya nilai kekayaan itu relatif untuk tiap orang? Standar Kekayaan Pribadi adalah jumlah total harta Anda dikurangi dengan total hutang.
Misalnya Ana mempunyai total harta (dari nilai tabungan, logam mulia, reksadana,perhiasan, kendaraan, dan property) sejumlah 300 juta. Sedangkan total hutang  Ana (berupa hutang kendaraan dan kpr sejumlah 180 juta), Maka kekayaan bersih Ana adalah sejumlah 120juta.
Menurut Thomas J. Stanley dalam bukunya Millionaire Next Door menyatakan rumus standar kekeyaan pribadi adalah jumlah penghasilan terakhir anda selama 1 tahun dikali usia anda dan hasilnya dibagi 10.
Misalnya Ana saat ini berusia 30 tahun dan selama 1 tahun sebesar 60 juta.
Maka standar kekayaan prbadi Ana adalah 60 juta dikali 30 tahun dibagi 10 hasilnya adalah 180 juta. Berhubung kekaayaan bersih ana sejumlah 120 juta dibanding standar kekaayann pribadi 180 juta (masih lebih besar SKP-nya) maka boleh dibilang, sebagian besar penghasilan yang Ana peroleh masih digunakan untuk konsumsi, bukan menabung dan investasi.
Pada Akhirnya setiap Individu perlu perencanaan keuangan. Disadari atau tidak, pengaturan keuangan yang tepat dapat membawa kita ke tujuan hidup yang kita idamkan.
Untuk konsultasi dan tips keuangan follow @pandjiharsanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar