Translate

Kamis, 07 Mei 2015

Guru TK : Sosok Istimewa yang Sering Terlupa


carrousel..

Di mata saya, sosok seorang guru TK itu begitu istimewa. Sejak kecil sampai sekarang, saya selalu memandang seorang guru TK dengan rasa salut dan kagum. They are strong and delicate person at the same time.

Kenapa? Apa sih spesialnya? Bukankah setiap wanita (rasanya) bisa menjadi guru TK? Tak perlu keahlian khusus atau jenjang pendidikan tinggi untuk bisa menggeluti profesi mulia tersebut. Benarkah?

Eitsss.. Siapa bilang tiap wanita bisa jadi guru TK?  Contohnya aja saya, yang merasa nggak sanggup jadi guru TK. Mungkin karena stok kesabaran saya yang masih jauh dari cukup, heheu..

Karena buat saya, nggak semua wanita mampu sabar dan telaten menghadapi tingkah polah anak-anak yang serba susah ditebak itu. Anak-anak seusia mereka yang masih bergantung sepenuhnya pada orang dewasa. Berinteraksi dengan manusia-manusia kecil dengan jiwa jujur dan polos.

Sedikit-sedikit merengek, minta ini-itu, ngambek, minta pulang, kangen mama di rumah, menangis tanpa sebab yang jelas, menumpahkan minuman di lantai kelas, bertengkar rebutan mainan. Dan masih banyak lagi perilaku khas anak-anak lainnya..

“Bu guru, aku mau pipis, tapi udah keburu pipis di sini..”
“Bu guru, aku nggak mau main sama dia, dia nakal..”
“Bu guru, aku mau cerita. Sini deh bu.. “
“Bu guru, aku nggak mau mewarnai lagi, capek..”
“Bu guru, aku mau pulang aja. Aku nggak mau sekolah..”
“Bu guru, aku mau kertas warna yang banyak..”
“Bu guru, aku laper. Boleh makan sekarang?”
“Bu guru, bukain bungkus permen ini dong..”
“Bu guru, boleh aku libur terus?”
“Bu guru, aku mau..”
“Bu guru, aku..”
“Bu guruuu…”
Daaaan berbagai permintaan istimewa lainnya. Tidak mudah menghadapi tingkah polah anak-anak yang serba unik itu. Butuh kesabaran ekstra dan trik khusus untuk menjaga suasana kelas agar tetap tertib. Dan yang tak kalah penting, menjaga agar emosi tetap terkendali.

Makanan yang tumpah di sana sini, coretan krayon di tembok dan meja, anak-anak yang tidak bisa diam, berlarian dan berteriak-teriak adalah rutinitas yang harus dihadapi setiap hari oleh seorang guru TK. Hari-hari yang penuh kejutan dan juga penuh warna.

Ya, tidak mudah memang, tapi bagi seorang guru TK, warna-warni itu adalah hal yang menyenangkan. Sesuatu yang mereka rindukan ketika musim liburan tiba. Terselip rasa sedih ketika datang tahun ajaran baru, saat-saat untuk berpisah dengan murid-murid tercinta yang sudah dianggap seperti anak sendiri.

Seorang guru TK juga dituntut untuk kreatif menemukan ide-ide baru. Membuat waktu bersama murid-muridnya jadi lebih hidup, ceria dan menyenangkan. Karena anak-anak seusia mereka cenderung lebih gampang bosan dengan rutinitas kegiatan yang itu-itu saja.

Mengobrol dengan guru TK adalah sesuatu yang menarik bagi saya. Ketika Harits pertama kali masuk TK, saya sering mendapat ‘surat cinta’ dari guru kelasnya. Ternyata perilaku anak-anak seusia Harits dan teman-temannya itu ‘ajaib’ ya. Kadang bikin geleng-geleng kepala, kadang bikin senyum-senyum geli. Masya Allah :)
Ya, anak-anak, dengan segala tingkah polos mereka mengajarkan kita begitu banyak hal. Ketulusan dalam menjalin pertemanan, keceriaan dalam menjalani hari-hari tanpa beban, kejujuran dalam bertutur kata, bersihnya dari bermacam dendam dan prasangka. Juga kelapangan hati untuk memaafkan ketika berselisih, dan kembali bermain bersama tak lama kemudian, seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Hati mereka begitu putih dan tak ternoda.
Seorang guru TK mengurusi begitu banyak anak yang masih belum bisa apa-apa, seorang diri. Menyuapi, mengantar mereka ke kamar mandi, membersihkan kotoran mereka ketika tak sengaja pipis atau BAB di kelas, membujuk ketika mereka ngambek, menemani mereka mengerjakan prakarya sampai lewat waktu istirahat, mengawasi siapa yang menjemput mereka pulang di sekolah dan memastikan mereka pulang dengan selamat ke rumah.

Seorang guru TK adalah sosok pendidik kedua setelah orang tua. Lewat tangannya kita belajar berbagai ilmu dasar dalam kehidupan. Berhitung, membaca, mengenal angka, warna dan bentuk. Darinya kita mengenal sosok ‘guru’ lain selain Ibu dan Bapak tercinta. Darinya kita belajar tentang kelembutan dan kesabaran. Darinya pertama kali konsep ‘guru dan sekolah’ terbentuk di kepala-kepala mungil kita..

Tak banyak imbalan yang diterima oleh para guru sederhana itu. Gajinya pun mungkin tak seberapa. Kadang malah mereka harus rela merogoh kocek sendiri demi menutup pengeluaran yang munculnya sering tidak terduga. Tapi tugas mereka begitu banyak bahkan sering tidak terdeskripsikan dengan pasti..

Tak banyak yang masih mampu mengingat sosok guru TK-nya setelah mereka beranjak dewasa. Tapi tak demikian dengan saya, yang masih terbayang jelas seperti apa guru TK saya dulu.
Guru favorit saya waktu TK, namanya Bu Sri – Rahimahallaah. Orangnya cantik, ramah dan keibuan. Di antara tiga guru yang menangani TK A dan B, beliaulah yang paling mendapat tempat spesial di hati saya. Beliau begitu sabar dan lembut dalam mengajar. Saat istirahat, ketika sedang menunggu giliran naik ayunan, beliau sering mengajak saya mengobrol. Juga mengajari saya berenang untuk pertama kalinya.
Di mata saya waktu itu, beliau adalah sosok ibu guru yang begitu sempurna. Baik dan penuh perhatian. Ketika saya bertengkar dengan teman sekelas, beliau bisa bersikap tegas, tapi tetap lembut. Bahkan ketika pernah suatu saat saya bertingkah dan beliau memberi hukuman ringan, saya tetap merasa bahwa beliau selalu menyayangi saya.
Sayangnya beliau tak berusia panjang.. Ketika duduk di bangku sekolah dasar, saya mendengar kabar bahwa beliau telah berpulang. Saya kaget sekali, karena beliau masih begitu muda. Sedih sekali rasanya saat itu, saya menangis.. kehilangan satu sosok guru yang sangat berkesan dan dicintai. Semoga Allah merahmati dan mengampuni dosa-dosa beliau..
20 tahun telah berlalu, namun saat-saat menyenangkan ketika duduk di bangku TK tidak pernah hilang dari ingatan. Masa-masa indah ketika kami membentuk rumah-rumahan dan jembatan dari balok kayu, menggambar, menggunting, main bola keranjang, mencocok kertas dengan lem, membuat prakarya dari kertas krep, menyikat gigi bareng kawan-kawan, makan sehat mingguan, membuat burung-burung kertas warna-warni dari kertas marmer, belajar berenang, senam rutin setiap sabtu pagi dan jalan-jalan perpisahan ke Dufan. All those memorable things, still remain in my heart..

Begitu juga dengan kenangan sosok ibu guru teladan yang selalu membekas di hati saya, sampai saya dewasa. Bagi saya, jasa guru terutama guru TK tidak pernah bisa terbayar oleh nominal uang. Padahal, menurut saya justru guru TK yang tanpa pamrih dan berdedikasi itu pantas untuk mendapat apresiasi besar dari lingkungan sekitarnya.

Begitu besar jasa dan pengorbanan mereka dalam hidup saya. Walau kadang profesi mereka dipandang biasa saja, tak ada yang istimewa. Walau mungkin besar imbalan yang diterima tidak sebanding dengan pengorbanan yang mereka berikan, mudah-mudahan pahala besar menanti bila apa yang mereka lakukan adalah ikhlas lillaahi Ta’ala.
Terima kasih, bu guru.. Terima kasih atas segala jasa-jasamu.. Kalianlah yang mengenalkan saya dengan sosok seorang guru, pendidik, pengajar di sekolah, untuk pertama kalinya. Kalian yang hadirnya begitu berarti, membuat masa kecil saya menjadi lebih ceria dan penuh warna.
~ Jakarta, suatu pagi di penghujung Desember 2014, persembahan istimewa untuk sosok-sosok istimewa di luar sana..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar