Bukan hal baru lagi jika saat ini, saat mendekati tanggal 14
Februari, kita melihat pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan berubah warna
menjadi merah dan pink. Tanda hati (love) tiba-tiba menjamur kesana kemari,
seolah-olah negeri ini bertabur cinta, padahal sejatinya negeri ini sedang
dilanda musibah.
Produsen bunga, balon, cokelat, permen, kue, boneka,
berlomba-lomba membuat produk yang berbentuk love untuk mendukung sebuah hari
yang (katanya) sangat dinanti-nanti oleh sepasang kekasih. Produsen kaos pun
tak mau kalah, mereka memproduksi banyak kaos couple dengan gambar atau kalimat
cinta. Harapannya kaos tersebut akan terjual habis di hari kebanyakan sepasang
kekasih tidak lagi memakai kaos di malam hari. Astaghfirullah. . .
Hotel-hotel juga tak mau ketinggalan. Mereka memberikan diskon
khusus bagi sepasang kekasih yang akan menginap. Bahkan ada yang sampai
memberikan pelayanan gratis khusus di malam tebar maksiat tersebut. Naudzubillah. . .
Lalu produsen kondom? Oh jangan ditanya, mereka sangat bergembira
menyambut hari tersebut, hari dimana kondom terjual sangat fantastis. Yang
membeli adalah kelompok yang mengaku pemerhati remaja. Mereka membagi-bagikan
kondom yang sudah mereka beli kepada para remaja di berapa kota-kota besar. Ada
juga yang lebih kreatif, memberikan kondom gratis ketika membeli dua batang
cokelat merk tertentu. Alih-alih supaya remaja tidak tertular HIV/AIDS,
alih-alih peduli pada pemuda bangsa ini, padahal mereka sedang mengusung misi gerakan
free sex di Indonesia.
Kalau sudah begini, siapakah yang paling bahagia di hari
Valentine? Siapakah yang paling bergembira? Ya, produsen beberapa produk yang
mendukung perayaan hari tersebut akan bergembira karena produknya akan terjual
lebih banyak dari biasanya. Pemilik hotel dan restoran juga ikut bergembira
karena booking tempat membludak di malam itu. Tempat-tempat hiburan juga ikut
bergembira karena banyak pasangan kekasih menghabiskan waktu mereka disana.
Tapi, tahukah kau siapa yang paling bergembira lebih daripada
mereka (para produsen)? Apakah mereka yang mengaku sepasang kekasih? Bukan!
Mereka hanyalah KORBAN. Ketahuilah dan camkanlah, sesungguhnya yang paling
bahagia serta bergembira di tanggal 14 Februari adalah setan Laknatullah beserta
antek-anteknya. Siapa antek-anteknya? Mereka yang mengaku peduli tapi sejatinya
membodohi.
Saudariku, jangan mau dibodohi. Setan tentu saja akan bergembira
tatkala seorang wanita dan laki-laki yang tidak halal baginya berjalan-jalan
menghabiskan waktu bersama, ke mall atau pasar mengenakan kaos couple, membeli
cokelat dan bunga, kadag-kadang juga boneka sebagai ungkapan cinta (katanya).
Lalu ketika hari semakin gelap, mereka makan malam berdua, dinner kata
kerennya. Tangan masih saling bergenggaman erat dan mata saling bertatap mesra.
Setelah perut kenyang, setan akan semakin bergembira karena mereka
akan menuju sebuah hotel untuk merayakan hari yang dinanti-nanti, hari kasih
saying. Dan di waktu itulah kondom-kondom itu berguna. Pelakunya berdalih,
itulah cara membuktikan bahwa mereka saling cinta, itulah satu-satunya cara
merayakan hari kasih sayang mereka. Astaghfirullah.
. .
Sementara itu, bersedihlah orangtua-orangtua mereka. Bagaimana
tidak, jika anak gadis mereka yang selama ini mereka rawat dan jaga dengan
penuh hati-hati dalam semalam tak suci lagi. Bagaimana tidak, jika anak
laki-laki mereka yang selama ini mereka ajarkan budi pekerti, dalam semalam
menjadi perusak harga diri. Coba tanyakan setiap orangtua di luar sana, mereka
tentu tidak akan pernah rela jika anak-anak mereka berzina. Dan coba tanyakan
semua agama di luar sana, mereka semua tidak pernah setuju dengan perzinahan.
Jika ada yang setuju, itu berarti mereka tidak punya agama, tidak punya aturan,
dan yang tidak punya aturan hanyalah (maaf) hewan. Dan jauh sebelum orangtua
kita melarang, jauh sebelum pakar kesehatan dan psikologi menerangkan bahaya
pacaran dan perzinahan, Allah telah lebih dulu mengingatkan kita dalam
firmannya yang sudah sangat familiar. . .
“Dan janganlah kamu
mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan
suatu jalan yang buruk.” (Q.s. Al-israa’:32).
Karena itu, sebagai seorang muslimah yang taat kepada Sang
Pencipta, sudah seharusnya kita tidak melakukan hal-hal yang mendekatkan diri
kita pada perzinahan. Dan salah satu hal yang mendekatkan seseorang pada
perzinahan adalah ikut merayakan Valentine’s day. Sebuah hari dimana hanya ada
kesia-siaan dan dosa.
Saudariku yang mencintai Allah dan semoga Allah mencintai kita
pula, tak perlulah kita latah dengan perayaan yang bukan perayaan kita. Tak
perlu pula kita ikut-ikutan dengan budaya orang-orang luar yang jauh dari
Islam.
Apakah kita ingin dan rela melihat remaja kita rusak karena sibuk
dengan percintaan mereka? Apakah Negara ini akan maju jika pemudanya hanya
sibuk dengan perkara-perkara yang merusak moral mereka? Tentu saja tidak.
Lebih dari itu, sebagai seorang muslimah kita harus meyakini bahwa
agama kita, agama Islam, adalah agama yang paling sempurna dari segala sisi.
Agama yang sudah memberikan cara yang benar agar kita mampu mendapatkan kasih
saying dan mencapai kebahagian sejati. Bukankah sebelum hari Valentine ada,
Rasulullah telah bersabda. . .
“Saling memberi hadiahlah
kalian, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari).
Maka, tak perlu menunggu hari khusus untuk memberi hadiah dan tak
perlu merelakan harga diri kita untuk menunjukkan cinta. Jika ingin menunjukkan
cinta pada lawan jenis, caranya hanya satu, menikah. Dengan begitu, dengan taat
hanya kepada Allah, maka setan tidak akan lagi bergembira, sebaliknya setan
akan merana.
Wallahu ‘alam…
Sumber : Ustadzah Nurhudayanti Saleh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar