Translate

Kamis, 12 Februari 2015

Wanita dan Zuhud





Bismillah. Alhamdulillah. Segala untaian syukur tak dapat ternilai akan segala nikmat Allah Ta’aalaa, yang telah menciptakan insan terindah, yaitu dirimu ukhti (saudariku). Risalah kecil ini untuk engkau saudariku, yang kita dipersatukan oleh ukhuwah karena cinta-Nya.
Ukhti, hampir saja aku tak dapat mengenalimu lagi. Saat ini, kutemui banyak perubahan pada dirimu. Mungkin karena engkau telah tumbuh menjadi sosok wanita yang telah dewasa. Namun, ada perasaan asing ketika melihat sosokmu dewasa ini.
Kulihat engkau tampil dengan berbagai kemewahan, kemewahan yang dipuja duniamu saat ini. Identitasmu sebagai seorang muslimah, nyaris tak terlihat lagi. Jilbabmu, engkau mvdifikasi menjadi penutup kepala. Gayamu tak pernah absen dari perkembangan fashion zaman ini. Akhlakmu, begitu lincah engkau alihkan dari tuntunan syari’at agamamu. Masih maukah engkau bila kusapa sebagai muslimah?
Wanita dan Dunia
Saudariku, tahukah engkau persamaan dan perbedaan antara wanita dan dunia? Kutanyakan ini karena kudapati engkau begitu akrab bersahabat dengan dunia. Wanita dan dunia, percayakah dirimu ukhti, bila kukatakan keduanya merupakan muara fitnah (ujian) yang begitu berbahaya bila tak mampu terkontrol oleh syari’at?
Rasul kita Muhammad shallaallaahu ‘alaihi wasallam telah lama memperingatkan kita akan bahaya fitnah tersebut. Beliau bersabda, “Takutlah kalian dengan dunia dan fitnah wanita. Sesungguhnya permulaan fitnah terhadap Bani Israil terjadi dari arah wanita” (HR. Muslim).
Kesamaan berikutnya antara wanita dan dunia ialah keduanya merupakan perhiasan.
Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim).
Masya Allah, betapa santun nan indah Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam mengibaratkan sosok wanita itu ukhti, “Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”. Namun, inilah perbedaan tajam antara wanita dan dunia. Dunia adalah perhiasan, tapi wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan itu.
Mari Zuhud terhadap Dunia
Sahl bin Sa’d as-Sa’idiy berkata, “Seseorang mendatangi Nabi dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, tunjukkan kepada saya suatu amal, jika saya mengerjakannya saya akan dicintai oleh Allah dan dicintai pula oleh sekalian manusia’. Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Zuhudlah terhadap dunia niscaya engkau dicintai oleh Allah. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia niscaya engkau akan dicintai oleh mereka.” (HR. Ibnu Majah).
Allah Ta’aalaa berfirman di dalam al-Qur’an (yang artinya), “Tetapi kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia. Padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (QS. al-A’laa:16-17). Kita sebagai wanita sering lapar mata pada hal-hal pemborosan. Allah Ta’aalaa berfirman (artinya), “Kalian menginginkan barang-barang kehidupan dunia, sedangkan Allah menghendaki akhirat (bagi kalian)” (QS. al-Anfaal:67).
Nasihat untuk kita bersama ukhti, agar mendekati zuhud, bukannya keglamoran.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (artinya), “… Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirat hanyalah kesenangan (yang sedikit)” (QS. ar-Ra’d:26).
Akan tetapi, yang perlu kita ingat adalah bahwa kita tidak lantas sama sekali melepas dunia, saudariku. Dunia kita nomorduakan, akhirat kita nomorsatukan. Jika umat muslim membuang dunia 100%, bagaimana seorang ayah akan menafkahi keluarganya? Bagaimana kita dapat mengerti kesehatan jika tidak memperlajarinya? Apakah teknologi akan berkembang tanpa dikembangkan, ukhti? Kita meraih dunia seperlunya dan secukupnya saja, tidak berlebihan.
Jabir meriwayatkan, “Suatu ketika, Nabi shallaallaahu ‘alaihi wasallam melewati sebuah pasar bersama beberapa sahabat. Beliau melihat seekor kambing cacat yang telah menjadi bangkai, beliau mengambilnya, dan memegang telinganya. Beliau bertanya, ‘Siapa diantara kalian yang ingin menukar ini dengan satu dirham?’ Para sahabat menjawab, “Tidak ada seorang pun dari kami yang ingin menukarnya dengan apa pun, karena kami tidak dapat mengambil manfaat darinya sama sekali’.
Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam meneruskan, ‘Apakah ada yang ingin memilikinya?’ Para sahabat menjawab, ‘Demi Allah, andaikan dia hidup, dia pun sudah cacat, apalagi ketika menjadi bangkai.
Maka Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Demi Allah, dunia ini di hadapan Allah lebih hina daripada bangkai ini di hadapan kalian’ (HR. Muslim).
Subhaanallaah, begitu hinanya dunia di hadapan Allah Ta’aalaa. Namun ukhti, mengapa kita harus membayar mahal untuk dunia? Untuk apa kita menggadaikan perhiasan terbaik kita (keshalihan) hanya untuk membeli dunia yang tak ada artinya di sisi Rabb kita? Untuk apa kita menghabiskan waktu di dunia yang sangat-sangat singkat ini dengan kesia-siaan? Saudariku, dirimu terlalu mahal untuk dunia.
Saudariku, hendaknya kita belajar dari putri baginda Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam, Fathimah radhiyallaahu ‘anha. Seorang putri yang akur (patuh) dalam setiap perintah, taat pada ayahnya, senantiasa tiada memiliki harta dunia, namun sarat akan perhiasan surga, masya Allah.
Saudariku, wanita itu cantik, dan wanita itu perhiasan. Syaratya hanya satu, tidak muluk-muluk, yaitu “shalihah”. Wanita cantik itu :
1.     Seorang wanita yang mempelajari al-Qur’an dan melaksanakan hukum-hukum yang ada di dalamnya.
2.    Ia menjadikan para sahabat Nabi yang wanita (shahabiyyah) sebagai suri tauladan dalam kehidupannya.
3.    Seorang wanita yang tidak menoleh kepada seruan apa saja, dari arah manapun, untuk meninggalkan kehormatan, kesucian, dan rasa malunya.
4.    Wanita yang menunaikan kewajibannya dalam berbagai sisi kehidupan
5.    Seorang wanita yang taat kepada suaminya dalam perkara yang ma’ruf, serta menjadi teman dan penolongnya dalam kebaikan.
6.    Dia yang menahan diri dari kenikmatan tidur untuk berdiri di hadapan Rabb-nya. Menegakkan shalat serta memohon pahala dan ganjaran kepada-Nya.
7.    Ialah yang menunaikan puasa sunnah karena mengharap keridhaan, kecintaan, dan keberkahan dari Rabb-nya.
8.    Seorang wanita yang menjaga lisannya dan tidak merendahkan kehormatan orang lain.
9.    Wanita yang tidak terjerumus kepada apa yang Allah Ta’aalaa haramkan.
10. Dialah yang mengedepankan suami, anak-anak, harta, serta jiwanya di jalan Allah Ta’aalaa juga dalam rangka pembelaan terhadap agamanya.

Referensi :
Ibnu Qayyim al-jauziyyah dkk. 2013. Takziyatun Nafs Terjemahan. Solo Pustaka Arafah.
Ummu ‘Abdillah al-Wadi’iyyah. Nasihatiy Lin-Nisaa’. Kairo : Daar al-Haramain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar