Translate

Sabtu, 14 Februari 2015

Valentine’s Day? Siapa yang Paling Bergembira?





Bukan hal baru lagi jika saat ini, saat mendekati tanggal 14 Februari, kita melihat pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan berubah warna menjadi merah dan pink. Tanda hati (love) tiba-tiba menjamur kesana kemari, seolah-olah negeri ini bertabur cinta, padahal sejatinya negeri ini sedang dilanda musibah.
Produsen bunga, balon, cokelat, permen, kue, boneka, berlomba-lomba membuat produk yang berbentuk love untuk mendukung sebuah hari yang (katanya) sangat dinanti-nanti oleh sepasang kekasih. Produsen kaos pun tak mau kalah, mereka memproduksi banyak kaos couple dengan gambar atau kalimat cinta. Harapannya kaos tersebut akan terjual habis di hari kebanyakan sepasang kekasih tidak lagi memakai kaos di malam hari. Astaghfirullah. . .
Hotel-hotel juga tak mau ketinggalan. Mereka memberikan diskon khusus bagi sepasang kekasih yang akan menginap. Bahkan ada yang sampai memberikan pelayanan gratis khusus di malam tebar maksiat tersebut. Naudzubillah. . .

Lalu produsen kondom? Oh jangan ditanya, mereka sangat bergembira menyambut hari tersebut, hari dimana kondom terjual sangat fantastis. Yang membeli adalah kelompok yang mengaku pemerhati remaja. Mereka membagi-bagikan kondom yang sudah mereka beli kepada para remaja di berapa kota-kota besar. Ada juga yang lebih kreatif, memberikan kondom gratis ketika membeli dua batang cokelat merk tertentu. Alih-alih supaya remaja tidak tertular HIV/AIDS, alih-alih peduli pada pemuda bangsa ini, padahal mereka sedang mengusung misi gerakan free sex di Indonesia.

Kalau sudah begini, siapakah yang paling bahagia di hari Valentine? Siapakah yang paling bergembira? Ya, produsen beberapa produk yang mendukung perayaan hari tersebut akan bergembira karena produknya akan terjual lebih banyak dari biasanya. Pemilik hotel dan restoran juga ikut bergembira karena booking tempat membludak di malam itu. Tempat-tempat hiburan juga ikut bergembira karena banyak pasangan kekasih menghabiskan waktu mereka disana.

Tapi, tahukah kau siapa yang paling bergembira lebih daripada mereka (para produsen)? Apakah mereka yang mengaku sepasang kekasih? Bukan! Mereka hanyalah KORBAN. Ketahuilah dan camkanlah, sesungguhnya yang paling bahagia serta bergembira di tanggal 14 Februari adalah setan Laknatullah beserta antek-anteknya. Siapa antek-anteknya? Mereka yang mengaku peduli tapi sejatinya membodohi.

Saudariku, jangan mau dibodohi. Setan tentu saja akan bergembira tatkala seorang wanita dan laki-laki yang tidak halal baginya berjalan-jalan menghabiskan waktu bersama, ke mall atau pasar mengenakan kaos couple, membeli cokelat dan bunga, kadag-kadang juga boneka sebagai ungkapan cinta (katanya). Lalu ketika hari semakin gelap, mereka makan malam berdua, dinner kata kerennya. Tangan masih saling bergenggaman erat dan mata saling bertatap mesra.
Setelah perut kenyang, setan akan semakin bergembira karena mereka akan menuju sebuah hotel untuk merayakan hari yang dinanti-nanti, hari kasih saying. Dan di waktu itulah kondom-kondom itu berguna. Pelakunya berdalih, itulah cara membuktikan bahwa mereka saling cinta, itulah satu-satunya cara merayakan hari kasih sayang mereka. Astaghfirullah. . .

Sementara itu, bersedihlah orangtua-orangtua mereka. Bagaimana tidak, jika anak gadis mereka yang selama ini mereka rawat dan jaga dengan penuh hati-hati dalam semalam tak suci lagi. Bagaimana tidak, jika anak laki-laki mereka yang selama ini mereka ajarkan budi pekerti, dalam semalam menjadi perusak harga diri. Coba tanyakan setiap orangtua di luar sana, mereka tentu tidak akan pernah rela jika anak-anak mereka berzina. Dan coba tanyakan semua agama di luar sana, mereka semua tidak pernah setuju dengan perzinahan. Jika ada yang setuju, itu berarti mereka tidak punya agama, tidak punya aturan, dan yang tidak punya aturan hanyalah (maaf) hewan. Dan jauh sebelum orangtua kita melarang, jauh sebelum pakar kesehatan dan psikologi menerangkan bahaya pacaran dan perzinahan, Allah telah lebih dulu mengingatkan kita dalam firmannya yang sudah sangat familiar. . .

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (Q.s. Al-israa’:32).

Karena itu, sebagai seorang muslimah yang taat kepada Sang Pencipta, sudah seharusnya kita tidak melakukan hal-hal yang mendekatkan diri kita pada perzinahan. Dan salah satu hal yang mendekatkan seseorang pada perzinahan adalah ikut merayakan Valentine’s day. Sebuah hari dimana hanya ada kesia-siaan dan dosa.

Saudariku yang mencintai Allah dan semoga Allah mencintai kita pula, tak perlulah kita latah dengan perayaan yang bukan perayaan kita. Tak perlu pula kita ikut-ikutan dengan budaya orang-orang luar yang jauh dari Islam.

Apakah kita ingin dan rela melihat remaja kita rusak karena sibuk dengan percintaan mereka? Apakah Negara ini akan maju jika pemudanya hanya sibuk dengan perkara-perkara yang merusak moral mereka? Tentu saja tidak.

Lebih dari itu, sebagai seorang muslimah kita harus meyakini bahwa agama kita, agama Islam, adalah agama yang paling sempurna dari segala sisi. Agama yang sudah memberikan cara yang benar agar kita mampu mendapatkan kasih saying dan mencapai kebahagian sejati. Bukankah sebelum hari Valentine ada, Rasulullah telah bersabda. . .

Saling memberi hadiahlah kalian, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari).

Maka, tak perlu menunggu hari khusus untuk memberi hadiah dan tak perlu merelakan harga diri kita untuk menunjukkan cinta. Jika ingin menunjukkan cinta pada lawan jenis, caranya hanya satu, menikah. Dengan begitu, dengan taat hanya kepada Allah, maka setan tidak akan lagi bergembira, sebaliknya setan akan merana.

Wallahu ‘alam…

Sumber : Ustadzah Nurhudayanti Saleh  


Kamis, 12 Februari 2015

Wanita dan Zuhud





Bismillah. Alhamdulillah. Segala untaian syukur tak dapat ternilai akan segala nikmat Allah Ta’aalaa, yang telah menciptakan insan terindah, yaitu dirimu ukhti (saudariku). Risalah kecil ini untuk engkau saudariku, yang kita dipersatukan oleh ukhuwah karena cinta-Nya.
Ukhti, hampir saja aku tak dapat mengenalimu lagi. Saat ini, kutemui banyak perubahan pada dirimu. Mungkin karena engkau telah tumbuh menjadi sosok wanita yang telah dewasa. Namun, ada perasaan asing ketika melihat sosokmu dewasa ini.
Kulihat engkau tampil dengan berbagai kemewahan, kemewahan yang dipuja duniamu saat ini. Identitasmu sebagai seorang muslimah, nyaris tak terlihat lagi. Jilbabmu, engkau mvdifikasi menjadi penutup kepala. Gayamu tak pernah absen dari perkembangan fashion zaman ini. Akhlakmu, begitu lincah engkau alihkan dari tuntunan syari’at agamamu. Masih maukah engkau bila kusapa sebagai muslimah?
Wanita dan Dunia
Saudariku, tahukah engkau persamaan dan perbedaan antara wanita dan dunia? Kutanyakan ini karena kudapati engkau begitu akrab bersahabat dengan dunia. Wanita dan dunia, percayakah dirimu ukhti, bila kukatakan keduanya merupakan muara fitnah (ujian) yang begitu berbahaya bila tak mampu terkontrol oleh syari’at?
Rasul kita Muhammad shallaallaahu ‘alaihi wasallam telah lama memperingatkan kita akan bahaya fitnah tersebut. Beliau bersabda, “Takutlah kalian dengan dunia dan fitnah wanita. Sesungguhnya permulaan fitnah terhadap Bani Israil terjadi dari arah wanita” (HR. Muslim).
Kesamaan berikutnya antara wanita dan dunia ialah keduanya merupakan perhiasan.
Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah” (HR. Muslim).
Masya Allah, betapa santun nan indah Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam mengibaratkan sosok wanita itu ukhti, “Sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah”. Namun, inilah perbedaan tajam antara wanita dan dunia. Dunia adalah perhiasan, tapi wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan itu.
Mari Zuhud terhadap Dunia
Sahl bin Sa’d as-Sa’idiy berkata, “Seseorang mendatangi Nabi dan bertanya, ‘Wahai Rasulullah, tunjukkan kepada saya suatu amal, jika saya mengerjakannya saya akan dicintai oleh Allah dan dicintai pula oleh sekalian manusia’. Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Zuhudlah terhadap dunia niscaya engkau dicintai oleh Allah. Zuhudlah terhadap apa yang dimiliki manusia niscaya engkau akan dicintai oleh mereka.” (HR. Ibnu Majah).
Allah Ta’aalaa berfirman di dalam al-Qur’an (yang artinya), “Tetapi kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia. Padahal akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (QS. al-A’laa:16-17). Kita sebagai wanita sering lapar mata pada hal-hal pemborosan. Allah Ta’aalaa berfirman (artinya), “Kalian menginginkan barang-barang kehidupan dunia, sedangkan Allah menghendaki akhirat (bagi kalian)” (QS. al-Anfaal:67).
Nasihat untuk kita bersama ukhti, agar mendekati zuhud, bukannya keglamoran.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (artinya), “… Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibandingkan dengan) kehidupan akhirat hanyalah kesenangan (yang sedikit)” (QS. ar-Ra’d:26).
Akan tetapi, yang perlu kita ingat adalah bahwa kita tidak lantas sama sekali melepas dunia, saudariku. Dunia kita nomorduakan, akhirat kita nomorsatukan. Jika umat muslim membuang dunia 100%, bagaimana seorang ayah akan menafkahi keluarganya? Bagaimana kita dapat mengerti kesehatan jika tidak memperlajarinya? Apakah teknologi akan berkembang tanpa dikembangkan, ukhti? Kita meraih dunia seperlunya dan secukupnya saja, tidak berlebihan.
Jabir meriwayatkan, “Suatu ketika, Nabi shallaallaahu ‘alaihi wasallam melewati sebuah pasar bersama beberapa sahabat. Beliau melihat seekor kambing cacat yang telah menjadi bangkai, beliau mengambilnya, dan memegang telinganya. Beliau bertanya, ‘Siapa diantara kalian yang ingin menukar ini dengan satu dirham?’ Para sahabat menjawab, “Tidak ada seorang pun dari kami yang ingin menukarnya dengan apa pun, karena kami tidak dapat mengambil manfaat darinya sama sekali’.
Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam meneruskan, ‘Apakah ada yang ingin memilikinya?’ Para sahabat menjawab, ‘Demi Allah, andaikan dia hidup, dia pun sudah cacat, apalagi ketika menjadi bangkai.
Maka Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Demi Allah, dunia ini di hadapan Allah lebih hina daripada bangkai ini di hadapan kalian’ (HR. Muslim).
Subhaanallaah, begitu hinanya dunia di hadapan Allah Ta’aalaa. Namun ukhti, mengapa kita harus membayar mahal untuk dunia? Untuk apa kita menggadaikan perhiasan terbaik kita (keshalihan) hanya untuk membeli dunia yang tak ada artinya di sisi Rabb kita? Untuk apa kita menghabiskan waktu di dunia yang sangat-sangat singkat ini dengan kesia-siaan? Saudariku, dirimu terlalu mahal untuk dunia.
Saudariku, hendaknya kita belajar dari putri baginda Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wasallam, Fathimah radhiyallaahu ‘anha. Seorang putri yang akur (patuh) dalam setiap perintah, taat pada ayahnya, senantiasa tiada memiliki harta dunia, namun sarat akan perhiasan surga, masya Allah.
Saudariku, wanita itu cantik, dan wanita itu perhiasan. Syaratya hanya satu, tidak muluk-muluk, yaitu “shalihah”. Wanita cantik itu :
1.     Seorang wanita yang mempelajari al-Qur’an dan melaksanakan hukum-hukum yang ada di dalamnya.
2.    Ia menjadikan para sahabat Nabi yang wanita (shahabiyyah) sebagai suri tauladan dalam kehidupannya.
3.    Seorang wanita yang tidak menoleh kepada seruan apa saja, dari arah manapun, untuk meninggalkan kehormatan, kesucian, dan rasa malunya.
4.    Wanita yang menunaikan kewajibannya dalam berbagai sisi kehidupan
5.    Seorang wanita yang taat kepada suaminya dalam perkara yang ma’ruf, serta menjadi teman dan penolongnya dalam kebaikan.
6.    Dia yang menahan diri dari kenikmatan tidur untuk berdiri di hadapan Rabb-nya. Menegakkan shalat serta memohon pahala dan ganjaran kepada-Nya.
7.    Ialah yang menunaikan puasa sunnah karena mengharap keridhaan, kecintaan, dan keberkahan dari Rabb-nya.
8.    Seorang wanita yang menjaga lisannya dan tidak merendahkan kehormatan orang lain.
9.    Wanita yang tidak terjerumus kepada apa yang Allah Ta’aalaa haramkan.
10. Dialah yang mengedepankan suami, anak-anak, harta, serta jiwanya di jalan Allah Ta’aalaa juga dalam rangka pembelaan terhadap agamanya.

Referensi :
Ibnu Qayyim al-jauziyyah dkk. 2013. Takziyatun Nafs Terjemahan. Solo Pustaka Arafah.
Ummu ‘Abdillah al-Wadi’iyyah. Nasihatiy Lin-Nisaa’. Kairo : Daar al-Haramain

Selasa, 03 Februari 2015

Jangan Lukai Jilbab




Saudariku… Islam adalah agama yg menjaga betul kehormatan kaum wanita, khususnya kita sebagai seorang muslimah. Bukan karena muslimah itu lemah, melainkan karena spesialnya ia sehingga harus terlindung dan dilindungi. Muslimah adalah sebaik-baik perhiasan, tentu butuh perlindungan khusus.
Allah telah membuat perlindungan khusus dalam firman-Nya (yg artinya), “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu” (QS. Al-Ahzaab : 59).
Jilbab Masa Kini nan Mini  
Mari kita lihat kenyataan di era masa kini, saudariku. Banyak di antara saudari-saudari kita yg sudah baligh (dewasa) namun belum mau menutup dirinya dengan jilbab syar’i. buka-bukaan aurat, memakai jilbab ala kadarnya, terkadang hanya memakai lembaran kain tipis yg masih menampakkan apa yg ada dibaliknya, bahkan ada yg hanya dibelitkan pada leher-leher mereka. Para saudari kita justru mengikuti tren jilbab gaul, rajin membeli jilbab-jilbab yg up to date, berlomba mengoleksi jilbab artis X, Y, Z, merasa malu saat ketinggalan mode, dan lainnya.
Saudariku.. Apakah tindakan seperti itu yg Allah harapkan dari kita??
Itukah langkah yg benar dalam menjalankan Syari’at-Nya?
Jawabannya tidak, saudariku. Sesungguhnya Allah begitu memuliakan kita.

Mari kita dengar firman Allah yg agung ini ; “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Ahzaab: 59).
Syaikh as-Sa’di rahimahullaah berkata, “Ayat diatas menunjukkan, orang yg tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda dan diganggu, karena jika seorang wanita tidak berjilbab, maka orang-orang akan mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘afiifaat (wanita yg benar-benar menjaga diri atau kehormatannya). Akhirnya orang yg berpenyakit dalam hatinya muncul hal yg bukan-bukan, lantas mereka pun menyakitinya dan menganggapnya rendah seperti anggapan bahwa para wanita itu budak. Akhirnya orang-orang yg ingin berlaku buruk merendahkannya.”

Wanita adalah Aurat
Ibnu Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Wanita adalah aurat. Bila ia keluar (rumah) maka ia diintai oleh setan. Padahal keadaan wanita yg paling dekat dengan rahmat Rabb-nya adalah ketika berada di dalam rumahnya” (HR. Tirmidzi).
Ketahuilah saudariku, ketika kita keluar rumah, setan akan menghiasi kita dengan secantik-cantiknya, tak lain adalah untuk memalingkan pandangan laki-laki bukan mahram untuk memandang kita.
Akan tetapi, kita lihat sekarang banyak diantara teman kita justru berlomba mempercantik dirinya dengan apapun yg bias mempesonakan pandangan laki-laki (selain suaminya) yg memandangnya. Laa haula walaa quwwata illaa billaah
Kriteria Jilbab yg Benar
Perhatikanlah salah satu ulama besar kita, Syaikh Nashiruddin al-Albani menerangkan bagaimana kriteria pakaian “perhiasan dunia” itu, yaitu diantaranya :
1.     Menutup seluruh tubuh kecuali yg boleh ditampakkan
Yakni menutup dari ujung kepala hingga ujung kaki kecuali yg boleh ditampakkan: wajah dan telapak tangan. Allah Ta’aalaa  berfirman (artinya), ”katakanlah kepada wanita-wanita beriman, hendaklah mereka menahan pandangan mereka dan memelihara kemaluan-kemaluan mereka. Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yg biasa nampak darinya, dan hendaklah mereka mengulurkan khimar (kerudung) ke dadanya” (QS. An-Nuur: 31).

2.    Bukan bentuk perhiasan
Pakaian tersebut bukan penghias untuk dirinya. Yaitu pakaian yg menarik pandangan laki-laki agar melihatnya yg padanya ditambahkan pernak-pernik, menambah cantik si pemakainya.

3.    Kainnya tebal tidak tipis
Kain yg dikenakan tidak hanya menutupi saja, namun harus tebal, karena kain yg tipis dapat menampakkan bentuk tubuh seorang wanita dan bias menambah godaan bagi yg melihatnya. Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada akhir umatku nanti akan muncul wanita-wanita yg berpakaian namun hakikatnya adalah telanjang…”

4.    Longgar, tidak ketat, dan tidak menampakkan lekuk tubuh
5.    Tidak diberi parfum atau wewangian
Sabda Nabi shallaallaahu ‘alaihi wa sallam, “Allah tidak akan menerima shalat wanita yg keluar menuju masjid sementara bau wewangian tercium darinya hingga ia kembali ke rumah dan mandi”. Nah, baru menuju masjid sudah ada peringatan seperti ini, bagaimana jika ke kampus, mall, dan tempat keramaian lainnya? Tentu keharaan dan dosanya lebih besar lagi.

6.    Tidak menyerupai pakaian laki-laki
Sugguh Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yg menyerupakan dirinya dengan wanita dan wanita yg menyerupakan dirinya dengan laki-laki.

7.    Tidak menyerupai pakaian wanita non-muslim
Meniru dari gaya berpakaian, makanan, hingga gaya hidup yg diadopsi orang-orang barat bias menyeret wanita muslimah lebih tersesat lagi dan serupa dengan mereka. Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yg menyerupai suatu kaum maka ia termasuk golongan mereka” (HR. Ahmad).
8.    Bukan pakaian syuhrah (popularitas)
Yaitu bukan pakaian yg mengundang perhatian orang lain untuk memandangannya.
Barangsiapa yg memakai pakaian syuhrah (membuat sensasi_red) di dunia, maka Allah akan memakaikan pakaian (kehinaan) yg serupa kepadanya pada hari Kiamat, kemudian Allah menyulutkan api pada pakaian itu” (HR. Abu Dawud, hasan).
Inilah Pembeda Diri Kita dengan Mereka
Allah Ta`aalaa memerintahkan kepada Rasul-Nya shallaallaahu ‘alaihi wa sallam agar memerintahkan seluruh wanita mukminat supaya mereka mengulurkan jilbabnya. Tujuannya adalah untuk membedakan antara para wanita jahiliyah dan para budak wanita.
Asy-Syaukani rahimahullaah menerangkan, Ayat (yg artinya), ‘Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal.’ Bukanlah yg dimaksud supaya salah satu diantara mereka dikenal, siapa wanita itu. Akan tetapi, yg dimaksudkan adalah supaya mereka dikenal, manakah yg sudah merdeka, manakah yg masih budak. Karena jika mereka mengenakan jilbab, itu berarti mereka mengenakan pakaian orang merdeka.”
Maka jelaslah, apa yg membedakan manakah yg budak dan wanita merdeka. Hal ini menunjukkan bahwa wanita yg tidak berjilbab berarti masih menginginkan status dirinya sebagai budak.
Ancaman Bagi wanita yg Enggan Menutup Aurat dengan Benar
Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wa sallam mengancam keras wanita-wanita yg tidak berpakaian dengan pakaian yg benar bahwa ia telah melakukan dosa besar dan tidak akan mencium bau surga.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallaallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Ada 2 golongan penduduk neraka yg belum pernah aku melihatnya. Yang pertama, sekelompok orang yg membawa cambuk sebesar ekor sapi untuk memukuli orang lain. Yang kedua adalah wanita yg berpakaian namun telanjang, berlenggak-lenggok, dan kepala mereka seperti punuk unta. Mereka tidak masuk surga, tidak dapat bau surga. Padahal bau surge dapat dicium dengan jarak sekian dan sekian” (HR. Muslim).
Yang dimaksud wanita yg berpakaian namun telanjang adalah ia yg tidak berpakaian sesuai syari’at atau sebagian tubuhnya tidak tertutup, berpakaian tapi kainnya tipis sehingga transparan, dan ketat (melekat pada badan) sehingga membentuk lekuk-lekuk tubuh. Mereka berpakaian namun hakekatnya adalah telanjang.
Mari Kita Renungkan
Saudariku… cukuplah para sahabat wanita sebagai teladan kita dalam menjalankan perintah Allah Ta’aalaa yg agung ini. Sebagaimana yg dikatakan Ibunda ‘Aisyah radhiyallaahu ‘anha, “Ketika Allah menurunkan surat an-Nuur (ayat 31), ‘dan hendaklah mereka mengulurkan khimar (kerudung) ke dadanya,’ para laki-laki Anshar pulang untuk membacakan ayat tersebut kepada istri, putri, saudari, serta kerabatnya. Setelah mendengarnya, mereka pun langsung bangkit mengambil kain tirai rumahnya (yg lebar dan tebal), lalu menjadikannya kerudung”.
Inilah bentuk pembenaran dan keimanan mereka terhadap hukum Allah yg diturunkan melalui kitab-Nya. Lalu, bagaimanakah bentuk pembenaran iman kepada Allah versi kita, wahai muslimah? Semoga Allah Ta’aalaa senantiasa memudahkan dan membimbing setiap jengkal langkah kita dalam menjalankan perintah-perintah-Nya. Aamiin..
Referensi :
1.     Majalah Elfata “Shopaholic”. Edisi 10 Volum 2009. Sukoharjo
2.    Muhammad Abduh Tuasikal. 2012. muslim.or.id/muslimah/jilbab-lebih-menjaga-dirimu.html. “Jilbab Lebih Menjaga Dirimu”
3.    Muhammad Nashiruddin al-Albani. 2010. Kriteria Busana Muslimah. Cetakan ke-1. Pustaka Imam Syafi’i 
4.    Syaikh Bakr Abdullah Abu Zaid. Menjaga Kehormatan Muslimah. Pustaka Daar an-Naba’
5.    Ustadz Aris Munandar. Jilbab Wanita Muslimah (rekaman) menit 1:40-7:35. Yogyakarta