Seorang yg terbuai cinta maka segalanya terasa syahdu, ketika tak bertemu hatinya bergejolak rindu, suara parau pun terdengar merdu, dan akal pikirannya terkalahkan oleh kekuatan kalbu. Seorang yg cerewet bisa jadi terdiam seribu bahasa, sedang pendiam bisa menjadi pujangga, itulah kekuatan cinta.
Namun, masihkah engkau percaya bahwa cinta seindah itu? Ada sebagian kita,
dengan cinta justru saki hati, sedih, marah, merana, dan tersiksa. Lalu,
mengapa bisa begitu berbeda?
Terpeleset Cinta
Jatuh itu seringkali terasa sakit. Namun entah mengapa jika orang
mengatakan ‘jatuh’ dan digabungkan dengan kata ‘cinta’, bukan menjadi suatu
kesakitan, namun menjadi keindahan. Jika jatuh cinta itu terkesan begitu indah,
maka boleh kiranya disebut ‘terpeleset cinta’, agar terkesan sedikit
menyakitkan.
Terpeleset cinta, bisa jadi berawal dari pandangan, lirik-lirikan,
kenalan, SMS-an, sok perhatian, pendekatan, mengajak jalan, lalu jadian.
Padahal Nabi shallaallaahu ‘alaihi wasallam telah memberikan wasiat bagi
orang-orang yg beriman kepada Allah dan hari akhir, dalam sabda beliau :
“Barangsiapa yg beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia
berkhalwat (berdua-duaan) dengan seorang wanita tanpa ada mahram wanita
tersebut, karena setan menjadi yg ketiga di antara mereka berdua” (HR. Ahmad,
shahih).
Sayangnya di zaman sekarang ini, seringkali yg pacaran justru di cap
keren, yg jomblo katanya gak laku, sedang yg menjaga diri dengan anti pacaran disebut
kuno.
Ya, memang itu kenyataannya, bermula dari budaya pacaranlah tragedi-tragedi sejenis MBA (Married By Accident) marak terjadi di negeri ini. Meskipun pacaran tak selalu berujung zina yg sesungguhnya (masuknya timba ke dalam sumur), namun pada hakikatnya zina seringkali diawali dari pacaran.
Ya, memang itu kenyataannya, bermula dari budaya pacaranlah tragedi-tragedi sejenis MBA (Married By Accident) marak terjadi di negeri ini. Meskipun pacaran tak selalu berujung zina yg sesungguhnya (masuknya timba ke dalam sumur), namun pada hakikatnya zina seringkali diawali dari pacaran.
Peringatan Pencegahan
Di sisi lain, Allah Ta’aalaa telah memperingatkan kita untuk tidak
dekat-dekat dengan zina, dalam firman-Nya (yg artinya) : “Dan janganlah kalian
mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yg keji dan suatu
jalan yg buruk” (QS. Al-Israa’ : 32).
Larangan mendekati zina lebih
mengena daripada larangan melakukan perbuatan zina, karena larangan mendekati
zina mencakup larangan terhadap semua perkara yg dapat mengantarkan kepada
perbuatan tersebut. Barangsiapa yg mendekati daerah larangan, ia dikhawatirkan
akan terjerumus kepadanya (Kitab Tafsir Syaikh as-Sa’id).
Islam memerintahkan kita
untuk melaksanakan tindakan pencegahan agar tidak terjerumus ke dalam
perzinaan. Karena perbuatan zina merupakan suatu kekejian dan jalan yg buruk.
Ia adalah dosa yg sangat keji ditinjau dari kacamata syariat, akal sehat, dan fitnah manusia yg masih suci (Tafsir al-Kariim ar-Rahmaan).
Ia adalah dosa yg sangat keji ditinjau dari kacamata syariat, akal sehat, dan fitnah manusia yg masih suci (Tafsir al-Kariim ar-Rahmaan).
Namun, beginilah yg terjadi. Mewabahnya pergaulan yg minim batas, dapat
berimbas pada semakin legalnya perzinaan yg begitu banyak membawa kerugian. Di
antara kerugian-kerugian perzinaan adalah :
- Perzinaan memunculkan berbagai penyakit yg mematikan.
- Orang lain akan memandang rendah pelaku zina, sehingga hilanglah kemuliaan dirinya. Anak yg terlahir seolah-olah adalah aib, padahal ia terlahit tanpa dosa.
- Populasi terancam musnah, karena merebaknya perzinaan maka banyak janin yg tumbuh tanpa diharapkan keberadaannya, sehingga banyak kasus aborsi.
- Terputusnya silaturahim dan hilangnya garis keturunan yg jelas.
- Penyiksaan para pelakunya kelak di neraka. Serta masih banyak lagi kerugian lainnya.
Sungguh sangatlah banyak kerugian perzinaan. Oleh karena itu, sangatlah
tepat jika Islam menutup rapat-rapat semua celah yg dapat mengantarkan seorang
hamba kepada kejelekan dan kebinasaan ini. Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa
melarang perbuatan zina, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa melarang pula semua
perantara yg mengantarkan kepada perbuatan tersebut.
Wanita dan Harga Dirinya
Islam datang dengan syariatnya yg indah untuk memuliakan wanita, agar
wanita terjaga harga diri dan kehormatannya. Islam memerintahkan kaum muslimah
untuk menjaga tubuh mereka, menutup aurat, dan membatasi diri dalam
pergaulannya dengan kaum lelaki. Semua itu semata-mata untuk melindungi kita,
kaum hawa.
Dalam sebuah ayat, Allah berfirman (yg artinya) : “Hai Nabi, katakanlah
kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin,
‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demekian
itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu…”
(QS. Al-Ahzaab : 59).
Di antara aturan aurat yg khusus bagi wanita adalah aturan dalam pakaian
yg menutupi seluruh tubuh wanita. Sungguh penjagaan yg begitu hebat, Allah
memerintahkan demikian agar mereka dapat selamat dari mata-mata khianat para
laki-laki.
Fathimah radhiyallaahu ‘anha, putri tercinta Rasulullah shallaallaahu
‘alaihi wasallam, pada saat ditanya suaminya--Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu
‘anhu--mengenai perkara apa yg paling baik untuk wanita, Fathimah menjawab,
“Dia (wanita_red) tidak melihat kaum lelaki dan lelaki tidak dapat melihatnya”.
Inilah martabat tertinggi dari seorang wanita. Hingga Fathimah, putri dari
manusia paling mulia Nabi Muhammad shallaallaahu ‘alaihi wasallam, mengatakan
demikian.
Bahkan, ketika shalat berjamaah, shaf wanita yg terbaik adalah paling
akhir. Maka, semakin jauh seorang wanita itu dari lelaki makin afdal wanita
tersebut.
Akan tetapi, apa yg terjadi belakangan ini? Seorang wanita yg jelita
semakin bangga jika makin banyak lelaki yg mencoba mendekati dan menggodanya.
Wanita sekarang adalah tontonan gratis yg menyuguhkan kemolekan tubuhnya, untuk
dapat dilihat dengan leluasa mata-mata lelaki yg tak beradab.
Padahal wanita diperintahkan menjaga kehormatannya, menjaga kemaluannya,
menundukkan pandangannya, menjaga diri dari laki-laki, dan menutupi auratnya.
Ingatlah saudariku…perintah itu bukanlah nasihat guru agama, bukan pula perkataan seorang ustadz atau ustadzah, juga bukan fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia), tetapi perintah itu datangnya dari Allah Ta’aalaa, Rabb Yang Maha Mengetahui apa yg terbaik untuk para hamba-Nya.
Ingatlah saudariku…perintah itu bukanlah nasihat guru agama, bukan pula perkataan seorang ustadz atau ustadzah, juga bukan fatwa MUI (Majelis Ulama Indonesia), tetapi perintah itu datangnya dari Allah Ta’aalaa, Rabb Yang Maha Mengetahui apa yg terbaik untuk para hamba-Nya.
Pihak Wanita Dirugikan
Percayalah wahai wanita… pacaran pada hakikatnya hanyalah sebuah ‘hubungan
(yg dianggap) spesial’ antara seorang laki-laki dan wanita tanpa adanya ikatan,
tanpa wali, tanpa saksi, dan tanpa bukti (tertulis dari negara). Oleh karena
itu, mudah saja hubungan itu diadakan dan muda pula dibubarkan.
Mengapa lelaki menyukai hubungan yg tidak terikat? Karena pihak laki-laki
lebih sedikit mendapatkan kerugian, dibandingkan kita para wanita. Konon
katanya, masa depan lelaki tidak dinilai dari masa lalunya, namun ia dipilih
karena masa depannya. Adapun wanita tak sama dengan lelaki, kehormatannya tak
dapat kembali dua kali. Ia dipilih dengan pertimbangan masa lalunya. Masa lalu
kita adalah sebuah investasi yg menggambarkan bagaimana calon pendamping kita
kelak.
Sebuah kerugian pula, jika seorang wanita tidak menjaga dirinya dengan
baik, maka ia akan dijauhi oleh laki-laki yg baik. Pada akhirnya, bukankah kita
menginginkan sesosok suami yg dapat membimbing kita ke surga, bersama-sama
dengan orang tua, anak-anak, dan keluarga kita kelak? Bukankah kebahagiaan yg
demikian itu yg hakiki? Yakni surga seisinya?
Karena Allah telah memberikan jaminan, dan jaminan Allah bukanlah jaminan
yg kosong. Jaminan itu ialah firman-Nya (yg artinya), “Wanita-wanita yg keji
adalah untuk laki-laki yg keji, dan laki-laki yg keji adalah untuk
wanita-wanita yg keji (pula), dan wanita-wanita yg baik adalah untuk laki-laki
yg baik dan laki-laki yg baik adalah untuk wanita-wanita yg baik (pula)…” (QS.
An-Nuur : 26).
Wahai saudariku yg cantik… dalam perkara lain, ada sebuah kalimat yg
menunjukkan realita. Kalimat ini sungguh akan membuat kita sangat geram. Kalimat itu ialah : “Pacaran adalah seni menikmati estetika wanita”. Lho,
memangnya kita apa? Pajangan yg dengan leluasa bisa dinikmati. Saudariku,
relakah engkau dengan semua itu? Meskipun itu hanya sederet kata, kenyataannya
memang demikian. Wanita dipacari karena jelita wajahnya, semampai tingginya,
dan putih kulitnya. Untuk apa? Engkau telah tahu jawabannya.
Oleh karena itu, saudariku… kuingin kalian menjaga diri-diri kalian. Tidakkah kita menginginkan untuk ikut meramaikan surga-Nya? Surga merupakan tempat terbaik dan tiada banding keindahannya. Kita tahu bahwa keindahan surga tak pernah terbayangkan oleh pikiran dan yg tak pernah dilihat mata. Maka pasti surga jauh lebih indah dari bayangan kita dan apa yg pernah kita lihat.
Referensi :
- Al-Qur’an
- Al-Jarullah, ‘Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim. 2004. Inilah Tanggung Jawab Wanita Muslimah. Bogor : Pustaka Imam Syafi’i
- Al-Wadi’iyyah, Ummu Abdillah. 2006. Muslimah Kupersembahkan Nasihatku. Terjemahan. Solo : Maktabah al-Ghuroba’
- Beberapa Artikel tentang Pacaran dalam Pandangan Islam
- Beberapa Artikel tentang Pacaran dalam Prespektif Psikologis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar